Rabu, 30 November 2011

Peluang dari Kerajinan Suku Anak Dalam

Dengan beberapa inovasi, kerajinan Suku Anak Dalam Jambi tampil lebih unik dan menarik.
Saat duduk di semester VII FKIP Universitas Jambi pada 2009, Evi Marlina berdiskusi bersama beberapa teman kuliahnya tentang hal-hal unik di Jambi. Diskusi yang awalnya sekadar iseng itu berubah menjadi serius saat mereka melakukan survei kepada Suku Anak Dalam di Dusun Senami, Kabupaten Batanghari, sekitar 60 kilometer dari kota Jambi. "Kami ingin melihat hal unik apa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari," kata Evi Marlina.
Dari hasil survei itu, Evi yang menyelesaikan kuliah Mei 2011 lalu, menemukan beberapa benda hasil produksi Suku Anak Dalam. DI antaranya ambung yang terbuat dari rotan untuk membawa berbagai jenis barang. Selain itu ada pula udang-udangan yang juga terbuat dari rotan dan biasa digunakan sebagai mainan anak-anak. Masyarakat Suku Anak Dalam pun membuat tikar dari rumbai dan menganyam rotan menjadi bunga.
Ide kreatif perempuan kelahiran Jambi Ini pun muncul. Ia kemudian memodifikasi beberapa temuannya ini sehingga layak jual sebagai souvenir khas Jambi. Ambung yangbiasanya berukuran besar diubahnya menjadi lebih kecil. Beberapa bahkan dibuat seukuran gelas dan kemudian dimasukkan dalam kaca. Tak lupa pada kaca ini diselipkan kertas bertuliskan asal-usul ambung. "Yang kita tuliskan adalah, ambung itu apa dan biasa digunakan Suku Anak Dalam untuk apa," ujarnya.
Tak hanya itu, perempuan yang memilih berbisnis setelah lulus kuliah ini juga memodifikasi udang-udangan menjadi gantungan kunci. Selain itu dikembangkan, mengombinasikannya dengan ambung. "Produk ini kemudian kami jadikan plakat dan djiual pada panitia seminar atau ke lembaga-lemaga pemerintah di Jambi untuk souvenir berbagai acara,"kata Evi.
Anyaman rotan berbentuk bunga juga tak luput dari sentuhan kreatif
Evi. Ia mengajarkan kepada warga Suku Anak Dalam membuat bunga dengan desain lebih menarik Di antaranya berbentuk bunga melati dan bunga telipuk (lili air). Total ada 15 produk kerajinan modifikasi yang dihasilkan Evi Marlina melalui Suku Anak Dalam. "Sebenarnya ada puluhan jenis produk, tetapi produksinya masih terbatas," kata pemenang Penghargaan
Wirausahawan Terinovatif Wirausaha Muda Mandiri 2010 ini.
Agar produk dengan label SAD Rengke-rengke (menarik-unlk) ini dikenal konsumen, Evimemasarkannya melalui beberapa jalur. Di antaranya menjualnya secara door to door dengan mendatangi dinas atau instansi pemerintah dan swasta di Jambi. Evi pun rajin mengikuti berbagai pameran, termasuk beberapa pameran yang diselenggarakan Bank Mandiri.
Ia juga bekerjasama dengan media lokal Jambi Ekspres untukmempromosikan produk Ini. Layaknya anak muda masa kini yang terjun berbisnis, Evi memanfaatkan media online melalui beberapa website jual beli, blog dan facebook. Rata-rata setiap bulan Evi meraih omset sebesar Rp 6 juta sampai Bp 7 juta. "Lumayanlah, produk ini sudah mulai banyak dikenal, terutama untuk pasar di Jambi. Saya optimis pemasarannya akan meningkat dalam beberapa waktu mendatang," ungkapnya.
Nilai lebih dari usaha yang digeluti Evi adalah kemampuannya dalam mengangkat masyarakat Suku Anak Dalam menjadi perajin cenderamata unik. Ia melakukan pelatihan bagi masyarakat terasing di Jambi itu, hingga bisa memproduksi cenderamata yang indah dan menarik. "Saat ini terdapat 11 orang warga Suku Anak Dalam yang fokus mengerjakan kerajinan ini," ujarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar