Rabu, 30 November 2011

Kain dan maknanya

Fungsi kain atau koin disini dapat dilihat dalam 2 makna fungsi. Antara lain adalah makna secara fungsional-praktikal dan maknanya secara kultural sosial. Makna kain secara fungsional-praktikal, dapat diartikan sebagai makna kain secara fungsional, yaitu untuk melindungi tubuh kita dari situasi kondisi cuaca dan bahkan bahaya yang ada diluar kita. Sedangkan makna kain secara kultural sosial, adalah pemaknaan kain bagi Orang Rimba bagi kepentingan kelangsungan adat budaya mereka. Seperti bride-price atau mas kawin dan denda adat serta status sosial seseorang.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa kain dalam kehidupan kita sehari-hari adalah berfungsi sebagai bahan dasar untuk membuat baju yang berguna bagi tubuh kita sebagai bahan pelindung. Demkian pula yang terjadi dalam pemakaian kain oleh Orang Rimba. Biasanya kain yang dipilih oleh Orang Rimba adalah kain batik dan kain belacu warna putih. Secara fungsional kain bagi Orang Rimba mempunyai manfaat sebagai penutup organ vital manusia, yaitu alat kelamin. Bagi laki-laki, kain berfungsi sebagai kancut atau cawat yang menutupi alat kelamin mereka. Mereka hanya melilitkan kain dari samping kemudian kebelakang (pantat) dan ke depan. Bagi wanita kain juga mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menutupi alat kelamin mereka. Pemakaian kain sebagai alat pelindung tubuh oleh Orang Rimba bagi orang luar dapat dikatakan minim. Karena hanya menutupi sebatas alat kelamin saja, tidak menutupi seluruh bagian tubuh, layaknya baju yang biasa kita kenakan. Ini berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup dan tingkat mobilitas gerak mereka yang tinggi. Dengan kondisi hutan yang berhawa sejuk dan terlindung dari panas karena lebatnya dedaunan pohon, pemakaian kain atau baju yang minim adalah penggunaan yang sesuai. Mereka tidak perlu menutupi seluruh tubuh dengan baju & celana karena mereka merasa alam sudah dapat melindungi mereka. Demikian juga dengan tingkat mobilitas gerak mereka yang tinggi, dengan pakaian yang lengkap (baju & celana) akan mengganggu gerak dan membebani mereka. Tetapi kini seiring perubahan zaman, sudah banyak dari mereka yang mengenakan pakaian dan celana. Kadang pula mereka hanya mengenakan pakaian kalau mereka pergi ke desa atau pasar untuk keperluan tertentu, namun ketika kembali di hutan, mereka akan melepas kembali pakaian dan celana tersebut untuk kemudian berganti dengan kancut. Pemakaian kancut ini kadang menjadi simbol jati diri kesukuan mereka dengan orang terang. Berkancut bagi mereka (para lelaki) menjadi bagian usaha untuk tetap menjaga adat nenek moyang mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar